Pages

Kamis, 14 Februari 2013

Mengajar Dengan Hati

Entah mengapa ketika saya menyampaikan kata-kata ini, ada seorang teman yang justru memberikan canda. Apa mungkin dengan hati kita dapat mengajar…bukannya mengajar itu harus dengan mulut, mata dan telinga…logika ini secara eksplisit memang benar…tanpa adanya mulut, mata dan telinga seorang guru tidak akan dapat melaksanakan proses pembelajaran, apakah dengan diam guru dapat menyampaikan materi pembelajaran ataukah tanpa melihat guru dapat mengetahui bagaimana siswa dapat menerima apa yang disampaikan ataukah tanpa pendengaran guru tidak mungkin dapat mengetahui apa yang akan disampaikan oleh siswanya.
Semua alasan yang disampaikan diatas terasa kurang bermakna apabila kita sebagai seorang pendidik tidak melibatkan hati dalam proses menyampaian materi ajar kepada siswa. Artinya, apabila hati penuh dengan ketulusan dan kesungguhan maka akal pikiran kita akan dapat berpikir secara logis dan kalau kita sebagai pendidik sudah bisa berpikir secara logis maka seorang pendidik akan mampu memadukan antara ucapan dan perbuatan sesuai dengan kata hatinya.
Perpaduan ini akan menghasilkan keteladanan dari seorang guru, dalam banyak penelitian yang dilakukan menyebutkan bahwa apa yang dicontoh murid dari gurunya adalah keteladanan. Inilah yang terkadang dilupakan oleh seorang guru.
Jadi sebenarnya pendidikan karakter siswa itu dapat dibentuk dengan model keteladanan seperti ini…sebaik apapun perangkat pembelajaran yang telah disiapkan guru akan sia-sia manakala guru tidak mengajar dengan ketulusan hati dan jauh dari keteladanan sebagai seorang guru.
Banyak diantara kita yang lebih berkutat pada perbaikan kurikulum untuk mendapatkan hasil pendidikan yang lebih baik tetapi terkadang kita melupakan aspek utama yang perlu adanya perbaikan, yaitu sudahkah seorang guru mengajar dengan penuh ketulusan dan keiklasan.
Sambil ditemani secangkir white kopi…kamis malam tanggal 14 Februari 2013 pukul 20.15… akhirnya saya merenung sejenak betapa pentingnya hati sebagai instrumen dalam pengajaran.
Manusia hidup didunia telah dikaruniai oleh Allah SWT 3 (tiga) instrumen hidup yang dapat digunakan untuk mengabdikan diri kepada Sang Pencipta-Nya, yaitu hati, mata dan telinga sebagaimana di terangkan dalam QS. Al-A’raf : 179 yang artinya :
“ Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia,  mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai “.
Secara fitrah manusia… hati, mata dan telinga merupakan suatu harmoni yang indah manakala ketiganya terpadu menjadi satu menjadi sebuah kekuatan dalam proses pembelajaran…masih banyak diantara kita sebagai seorang pengajar hanya memanfaatkan mata dan telinga saja dalam proses pembelajaran…jangan sampai hati kita dimintai pertanggungjawaban oleh Allah manakala kita tidak kita pergunakan sesuai dengan fitrahnya.
Seorang guru yang baik ketika masuk ruang kelas mesti dengan hati. Dengan energi dan vibrasi cinta pada anak-anak. Mengajar tanpa hati akan terasa hambar. Anak-anak pun tidak akan mendengarkan dengan hati. Kita semua pasti punya pengalaman, guru-guru yang mengajar dengan hati pasti kesannya akan lebih mendalam sekalipun telah berlalu puluhan tahun.
Oleh karena itu pandai-pandailah mengatur dan menjaga hati. Ketika dari rumah atau di jalanan muncul rasa kesal, misalnya, maka ketika kaki menginjak halaman sekolah mesti mampu menata hati agar rasa kesal itu tidak terbawa masuk ruangan kelas. Mengajar dengan hati kesal pengaruhnya akan dirasakan langsung oleh anak-anak dan teman-teman sejawat. Pengaruhnya akan terlihat pada raut mukanya, pada tutur katanya dan pada perilakunya yang ujungnya proses dan suasana pembelajaran tidak efektif.
Mari bersama-sama tata dan kelola hati kita menjadi sebuah kekuatan yang amat dahsyat dalam mengantarkan anak didik menjadi generasi yang tangguh dalam intelektual, emosional dan spiritual. Jangan sampai mengajar dengan hati menjadi sebuah joke yang berarti mengajar dengan harta dan properti (hati)…dalam artian seorang guru mengajar hanya berorientasi pada uang dan materi semata…

0 komentar:

Posting Komentar