Pages

Bank Mega Syariah Cabang Semarang

Persahabatan Yang Membuat Kami Lebih Kuat dan Selalu Berada Didepan

Rapat Dinas Kenaikan Kelas

Kekompakan dan Kebersamaan Menjadikan Sebuah Kekuatan Yang Luar Biasa

Lomba Nasyid Rohis Unisbank Semarang

Alhamdulillah Tim Nasyid SMA Negeri 6 Semarang Juara 1 Tingkat Jawa Tengah dan DIY

Pembelajaran Moving Class

Menciptakan Proses Pembelajaran TIK Yang Berbasis Kolaboratif dan Konstruktivisme

Tour Wisata Ketep - Yogyakarta 2012

Bersama Siswa Saat Liburan Kenaikan Kelas Tahun Pelajaran 2011/2012

Semangat Bekerja dan Berkarya

Alhamdulillah Mendapat Beasiswa S2 Kepengawasan Sekolah dari Kemendikbud

Senin, 18 Maret 2013

Kota Mekkah Adalah Pusat Bumi


Neil Amstrong telah membuktikan bahwa kota Mekkah adalah pusat dari planet Bumi. Fakta ini telah di teliti melalui sebuah penelitian Ilmiah.
Ketika Neil Amstrong untuk pertama kalinya melakukan perjalanan ke luar angkasa dan mengambil gambar planet Bumi, dia berkata, “Planet Bumi ternyata menggantung di area yang sangat gelap, siapa yang menggantungnya ?.”
Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi, secara resmi mereka mengumumkannya di Internet, tetapi sayangnya 21 hari kemudian website tersebut raib yang sepertinya ada alasan tersembunyi dibalik penghapusan website tersebut. Setelah melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekkah, tepatnya berasal dari Ka’bah.
Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut bersifat infinite (tidak berujung), hal ini terbuktikan ketika mereka mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjut terus. Para peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’bah di planet Bumi dengan Ka’bah di alam akhirat.
Di tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan, ada suatu area yang bernama ‘Zero Magnetism Area’, artinya adalah apabila kita mengeluarkan kompas di area tersebut, maka jarum kompas tersebut tidak akan bergerak sama sekali karena daya tarik yang sama besarnya antara kedua kutub.
Itulah sebabnya jika seseorang tinggal di Mekkah, maka ia akan hidup lebih lama, lebih sehat, dan tidak banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan gravitasi. Oleh sebab itulah ketika kita mengelilingi Ka’bah, maka seakan-akan diri kita di-charged ulang oleh suatu energi misterius dan ini adalah fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah.
Penelitian lainnya mengungkapkan bahwa batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan juga bisa mengambang di air. Di sebuah musium di negara Inggris, ada tiga buah potongan batu tersebut (dari Ka’bah) dan pihak musium juga mengatakan bahwa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari sistem tata surya kita.
Rasulullah SAW bersabda :
“Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam”.
Radiasi dari Ka'bah ini tak dapat diketahui tanpa pesawat antariksa abad 20, membuktikan jika Qur'an ialah berasal dari ALLAH & bukti Qur'an mukjizat sepanjang masa. Karena banyak ayat yang baru dapat dibuktikan oleh peralatan terakhir dan zaman terakhir.
Bukti-Bukti Mekkah Pusat Bumi
[ Bukti 1 ]
Allah berfirman di dalam al-Qur’an al-Karim sebagai berikut :
“Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Mekkah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya…” (asy-Syura: 7)
Kata ‘Ummul Qura’ berarti ibu bagi kota-kota lain, dan kota-kota di sekelilingnya menunjukkan Mekkah adalah pusat bagi kota-kota lain, dan yang lain hanyalah berada di sekelilingnya.
Sebagaimana seorang ibu adalah sumber keturunan, maka Mekkah juga merupakan sumber kepada semua negeri lain, sebagaimana dijelaskan pada awal kajian ini.
[ Bukti 2 ]
Ada beberapa ayat dan hadis nabawi yang memperkuatkan fakta ini. Allah berfirman maksud-nya :
“Wahai jin dan manusia, jika kamu sanggup menembusi (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusinya kecuali dengan kekuatan (ilmu pengetahuan). (Ar-Rahman : 33).
Berdasarkan ayat ini dan beberapa hadist dapat difahamkan bahwa diameter lapisan-lapisan langit itu di atas diameter bumi (tujuh lempengan bumi). Jika Mekkah berada di tengah-tengah bumi, dengan itu berarti bahwa Mekkah juga berada di tengah-tengah lapisan langit.
[ Bukti 3 ]
Selain itu ada hadist yang menerangkan bahawa Masjidil Haram di Mekkah, tempat Ka’bah berada itu ada di tengah-tengah tujuh lapisan langit dan tujuh lapisan yang membentuk bumi.
Nabi SAW bersabda maksudnya :
"Wahai orang-orang Mekkah, wahai orang-orang Quraisy, sesungguhnya kamu berada di bawah pertengahan langit".
[ Bukti 4 ]
Prof. Hussain Kamel menemukan suatu fakta mengejutkan bahwa Mekkah adalah pusat bumi. Pada mulanya ia meneliti suatu cara untuk menentukan arah kiblat di kota-kota besar di dunia.
Untuk tujuan ini, ia menarik garis-garis pada peta, dan sesudah itu dia meneliti posisi 7 benua terhadap Mekkah dan jarak masing-masing. Setelah 2 tahun membuat kajian yg kompleks itu dengan program-program komputer untuk menentukan jarak yang tepat dan lain-lain. Dia merasa kagum dengan apa yang ditemukan, bahwa Mekkah merupakan pusat bumi.
Dia mengumpamakan seperti 1 lingkaran dan Mekkah ialah titik pusatnya, dan garis luar lingkaran itu adalah benua-benuanya. Pada waktu yang sama, ia bergerak bersamaan dengan keliling luar benua-benua tersebut. (Majalah al-Arabiyyah, edisi 237, Ogos 1978).
[ Bukti 5 ]
Gambar-gambar satelit, yang muncul kemudian pada tahun 90-an, memberikan hasil yang sama ketika kajian lebih lanjut mengarah kepada topografi lapisan-lapisan bumi dan geografi waktu daratan itu diciptakan.
[ Bukti 6 ]
Telah ada teori ilmiah yg sahih bahwa lempengan-lempengan bumi terbentuk selama usia geologi yang panjang, bergerak secara teratur di sekitar lempengan Arab. Lempengan-lempengan ini terus menerus memusat kearah itu seolah-olah menunjuk ke Mekkah.
Maka, apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran ?. Kalau kiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak didalamnya (QS. An-Nisaa' : 82).

Sabtu, 16 Februari 2013

Satu Jam Menuju Kebaikan

Suatu hari seorang anak kecil datang kepada ayahnya dan bertanya :
” Apakah kita bisa hidup tidak berdosa selama hidup kita…? “
Ayahnya memandang kepada anak kecil itu dan berkata :
” Tidak, nak… “
Putri kecil ini kemudian memandang ayahnya dan berkata lagi…
” Apakah kita bisa hidup tanpa berdosa dalam setahun…?”
Ayahnya kembali menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum kepada putrinya.
” Oh ayah, bagaimana kalau 1 bulan, apakah kita bisa hidup tanpa melakukan kesalahan…?”
Ayahnya tertawa…
” Mungkin tidak bisa juga, nak…”
” OK ayah, ini yang terakhir kali…
Apakah kita bisa hidup tidak berdosa dalam 1 jam saja…?”
Akhirnya ayahnya mengangguk.
“Kemungkinan besar, bisa nak…”
Anak ini tersenyum lega…
” Jika demikian, aku akan hidup benar dari jam ke jam, ayah…
Lebih mudah menjalaninya, dan aku akan menjaganya dari jam ke jam, sehingga aku dapat hidup dengan benar… “
Pernyataan ini mengandung kebenaran sejati…
Marilah kita hidup dari waktu ke waktu, dengan memperhatikan cara kita menjalani hidup ini…
Dari latihan yang paling kecil dan sederhana sekalipun…
Akan menjadikan kita terbiasa…
Dan apa yang sudah biasa kita lakukan akan menjadi sifat…
Dan sifat akan berubah jadi karakter…
HIDUPLAH 1 JAM TANPA : Tanpa kemarahan,
Tanpa hati yang jahat,
Tanpa pikiran negatif,
Tanpa menjelekkan orang,
Tanpa keserakahan,
Tanpa pemborosan,
Tanpa kesombongan,
Tanpa kebohongan,
Tanpa kepalsuan…
Lalu ulangi lagi untuk 1 jam berikutnya…
HIDUPLAH 1 JAM DENGAN :
Dengan kasih sayang kpd sesama…
Dengan damai,
Dengan kesabaran,
Dengan kelemah lembutan,
Dengan kemurahan hati,
Dengan kerendahan hati..
Dengan ketulusan..
Dan Mulailah dari Jam ini…

Kamis, 14 Februari 2013

Mengajar Dengan Hati

Entah mengapa ketika saya menyampaikan kata-kata ini, ada seorang teman yang justru memberikan canda. Apa mungkin dengan hati kita dapat mengajar…bukannya mengajar itu harus dengan mulut, mata dan telinga…logika ini secara eksplisit memang benar…tanpa adanya mulut, mata dan telinga seorang guru tidak akan dapat melaksanakan proses pembelajaran, apakah dengan diam guru dapat menyampaikan materi pembelajaran ataukah tanpa melihat guru dapat mengetahui bagaimana siswa dapat menerima apa yang disampaikan ataukah tanpa pendengaran guru tidak mungkin dapat mengetahui apa yang akan disampaikan oleh siswanya.
Semua alasan yang disampaikan diatas terasa kurang bermakna apabila kita sebagai seorang pendidik tidak melibatkan hati dalam proses menyampaian materi ajar kepada siswa. Artinya, apabila hati penuh dengan ketulusan dan kesungguhan maka akal pikiran kita akan dapat berpikir secara logis dan kalau kita sebagai pendidik sudah bisa berpikir secara logis maka seorang pendidik akan mampu memadukan antara ucapan dan perbuatan sesuai dengan kata hatinya.
Perpaduan ini akan menghasilkan keteladanan dari seorang guru, dalam banyak penelitian yang dilakukan menyebutkan bahwa apa yang dicontoh murid dari gurunya adalah keteladanan. Inilah yang terkadang dilupakan oleh seorang guru.
Jadi sebenarnya pendidikan karakter siswa itu dapat dibentuk dengan model keteladanan seperti ini…sebaik apapun perangkat pembelajaran yang telah disiapkan guru akan sia-sia manakala guru tidak mengajar dengan ketulusan hati dan jauh dari keteladanan sebagai seorang guru.
Banyak diantara kita yang lebih berkutat pada perbaikan kurikulum untuk mendapatkan hasil pendidikan yang lebih baik tetapi terkadang kita melupakan aspek utama yang perlu adanya perbaikan, yaitu sudahkah seorang guru mengajar dengan penuh ketulusan dan keiklasan.
Sambil ditemani secangkir white kopi…kamis malam tanggal 14 Februari 2013 pukul 20.15… akhirnya saya merenung sejenak betapa pentingnya hati sebagai instrumen dalam pengajaran.
Manusia hidup didunia telah dikaruniai oleh Allah SWT 3 (tiga) instrumen hidup yang dapat digunakan untuk mengabdikan diri kepada Sang Pencipta-Nya, yaitu hati, mata dan telinga sebagaimana di terangkan dalam QS. Al-A’raf : 179 yang artinya :
“ Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia,  mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai “.
Secara fitrah manusia… hati, mata dan telinga merupakan suatu harmoni yang indah manakala ketiganya terpadu menjadi satu menjadi sebuah kekuatan dalam proses pembelajaran…masih banyak diantara kita sebagai seorang pengajar hanya memanfaatkan mata dan telinga saja dalam proses pembelajaran…jangan sampai hati kita dimintai pertanggungjawaban oleh Allah manakala kita tidak kita pergunakan sesuai dengan fitrahnya.
Seorang guru yang baik ketika masuk ruang kelas mesti dengan hati. Dengan energi dan vibrasi cinta pada anak-anak. Mengajar tanpa hati akan terasa hambar. Anak-anak pun tidak akan mendengarkan dengan hati. Kita semua pasti punya pengalaman, guru-guru yang mengajar dengan hati pasti kesannya akan lebih mendalam sekalipun telah berlalu puluhan tahun.
Oleh karena itu pandai-pandailah mengatur dan menjaga hati. Ketika dari rumah atau di jalanan muncul rasa kesal, misalnya, maka ketika kaki menginjak halaman sekolah mesti mampu menata hati agar rasa kesal itu tidak terbawa masuk ruangan kelas. Mengajar dengan hati kesal pengaruhnya akan dirasakan langsung oleh anak-anak dan teman-teman sejawat. Pengaruhnya akan terlihat pada raut mukanya, pada tutur katanya dan pada perilakunya yang ujungnya proses dan suasana pembelajaran tidak efektif.
Mari bersama-sama tata dan kelola hati kita menjadi sebuah kekuatan yang amat dahsyat dalam mengantarkan anak didik menjadi generasi yang tangguh dalam intelektual, emosional dan spiritual. Jangan sampai mengajar dengan hati menjadi sebuah joke yang berarti mengajar dengan harta dan properti (hati)…dalam artian seorang guru mengajar hanya berorientasi pada uang dan materi semata…