Pages

Minggu, 27 Januari 2013

7 Keajaiban Rezeki dan Percepatan Rezeki


Dua buku yg merupakan buku megabestseller karya Ippho Santosa ini benar2 menginspirasi banyak orang termasuk saya. Terbukti buku ini menduduki posisi pertama sebagai buku terlaris hampir di seluruh toko buku Gramedia di seluruh Indonesia.  Testimoni dari para pembaca yg telah mempraktekkan isi buku tsb pun tak kalah dahsyatnya. Buku yg sangat ‘nganan’ (otak kanan.red) ini patut utk segera dipraktekkan para pembacanya. Walaupun saya akui,action saya belum se-dahsyat orang-orang yg testimonialnya tertera di halaman depan maupun di halaman belakang buku ini. Tapi saya sudah merasakan perubahan sedikit demi sedikit dalam kehidupan saya. Ya.. klo action nya dikit2 ya.. perubahannya jg dikit2..Namun tak akan pernah ada perubahan jika bukan kita sendiri yg mengubahnya, dengan apa? ya dg  ’action’ kita. Saran saya, walaupun sedikit segeralah ‘action’ & lakukanlah secara berkesinambungan. Yakinlah! Keajaiban itu telah menantimu…
Berikut ini ulasan mengenai buku tersebut. Silakan menyimak :mrgreen:
Buku ini berisi tentang percepatan-percepatan utk meraih kesuksesan baik itu terkait keuangan, jodoh, kesehatan, atau apa pun. Nah, lingkar pengaruh itu dimulai dari lingkar diri ->keluarga->sesama->Pencipta. Yah kira2 begitulah tahapan2nya.
Resensi Buku ‘7 Keajaiban Rezeki’
 
Pendidikan konvensional yang serba menggunakan otak kiri mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi ternyata telah mendominasi kehidupan kita. Tak ayal orang-orang minoritas yg justru lebih dominan otak kanannya lebih sering dicap sinting. Pola pikir otak kanan yg cenderung kreatif, imajinatif, intuitif, impulsive (spontan), dan lateral (acak) tentu saja dianggap tidak sejalan dengan orang kebanyakan yang lebih cenderung analistik, realistis, logis, terencana, dan serba urut. Lalu muncul pertanyaan, mana yang lebih penting otak kanan atau otak kiri? Jawabannya, keduanya sama pentingnya. Kalau tidak, untuk apa Tuhan menciptakannya? Namun, ingatkah kita bahwa dalam ajaran agama kita dianjurkan untuk memulai segala hal baik dengan yang kanan?  Nah, buku ini mengajarkan bagaimana kita mengoptimalkan otak kanan dalam mencapai kesuksesan. Dalam pola pikir otak kanan semua serba mungkin. Jadi kalau kita merancang impian dengan otak kiri yah sulit. Paling impian yang dibuat hanya alakadarnya. Kalau mencari solusi pakai otak kiri, ya paling itu-itu saja jawabannya. Termasuk dalam bersedekah. Kalau pakai otak kiri, pasti segitu-gitu aja jumlahnya. Sebagai contoh, ibadah cara kiri : dapat nikmat dulu, baru bersyukur, dan baru berkhusnudzon. Kaya dulu, baru sedekah. Mapan dulu, baru menikah. Merasa berdosa dulu, baru sholat tobat, dan baru istighfar. Sepintas ini semua terlihat masuk akal. Namun, ternyata otak kanan dan agama justru mengajarkan kebalikannya.  Sedekah dulu, barulah rezeki bisa berlimpah. Menikah dulu, barulah rezeki bisa berlebih. Bersyukur, husnudzon, istighfar dan zikir itu mesti diamalkan kapanpun, dimana pun tanpa harus ada sebab-sebab khusus. Inilah yang disebut golongan kanan yang termasuk keajaiban #3 dalam buku ini. Koq langsung #3 aja? Yah, namanya juga resensi ala kanan ya tidak urut hehe.. Jadi, mulailah dengan yang kanan. Maksudnya, otak kanan dulu baru otak kiri. Intuisi dulu baru analisa. Blink dulu, baru think.
Selanjutnya, kita sering mendengar istilah LOA (Law of Attraction) dalam upaya meraih impian. Dalam teori LOA, pikiran kita-lah yang menarik segala sesuatu terjadi, termasuk menarik impian kita ke alam nyata. Nah, doa itu terkait dengan LOA. Gabungan antara adab doa dan hukum LOA membuat impian kita terwujud dalam waktu yang jauh lebih cepat. Yakinlah pada Allah Yang Maha Kuasa yang menggerakan LOA dan dirikita. Namun, keridhaan Yang Maha Kuasa itu tidak terlepas dari keridhaan orang tua. Dalam buku ini, terdapat istilah sepasang bidadari yang akan membantu kita dalam mempercepat terwujudnya impian. Sepasang bidadari merupakan keajaiban #2.  Siapakah sepasang bidadari itu? Bidadari yang pertama adalah orangtua. Begitu doa orangtua Anda selaras dengan doa kita berarti doa kita menjadi lebih ‘melangit’. Dan jika imipian orangtua kitaselaras dengan impian kita maka impian kita akan lebih ‘bersayap’. Dan berarti impian kita akan lebih cepat terwujud. Lalu siapakah bidadari yang kedua? Bidadari yang kedua adalah pasangan kita. Itu sebabnya mengapa menikah memiliki korelasi positif dengan rezeki.  Setelah keduanya selaras, bayangkan hal tersebut benar-benar terjadi. Tetapkan impian itu dan perjelas semuanya. Yakinlah bahwa impian itu akan segera terwujud atas izin-Nya dan pantaskan diri. Pantaskan ilmunya, pantaskan amalnya!  Terkait dengan amal, coba Anda tengok keajaiban #5 dalam buku ini yang dikenal dengan perisai langit. Agama mengajarkan supaya kita sehat maka berpuasalah, shalat tahajjud, dan bersedekahlah. Ya sekilas memang tidak masuk akal, maksudnya akal kiri loh! Belum lagi ajaran supaya rezeki bertambah. Perintahnya adalah perbanyak sedekah, shalat dhuha, shalat tahajjud, istighfar, dzikir, tawakkal, syukur, menikah, berhaji, berumrah, memperbaiki ibadah. Bukankah sedekah itu mengurangi rezeki? Bukankah shalat dhuha mengurangi waktu produktif? Bukankah shalat tahajjud mengurangi waktu tidur dan bisa menyebabkan sakit? Begitulah prasangka orang kiri. Jadi, betapa kanannya sebuah keyakinan! Betapa kanannya sebuah agama! Yang tidak bisa dipahami hanya dengan otak kiri. Terkait dengan sedekah sebenarnya berapapun yang Anda sedekahkan pasti dibalas dan dilipatgandakan oleh-Nya. Tidak jadi soal ikhlas atau tidak. Buktinya banyak yang hartawan yang dermawan menjadi semakin kaya padahal mereka atheis. Hampir tidak ada istilah ikhlas dalam kamus mereka. Inilah yang dinamakan hukum kausalitas dari-Nya dan Janji yang tertulis dari-Nya. Maksud balasan disini adalah balasan jangka pendek (dunia) loh ya.. Tentu saja sebagai orang beriman, ikhlas membuat kita memperoleh nilai tambah berupa balasan jangka panjang (akhirat) yaitu ridha, pahala, dan surga dari-Nya. Selain dari balasan jangka pendek yang juga kita dapatkan di dunia berupa materi (keuangan), kesehatan, keselamatan, dan kemudahan urusan. Jadi, sedekah dulu atau ikhlas dulu? Ikhlas by doing aja ya!
Masuk ke keajaiban ke #4 yaitu simpul perdagangan . Inilah cara yang paling masuk akal untuk mendapatkan kekayaan. Mengapa? Karena kita tidak mungkin menjadi raja seperti Nabi Sulaiman atau menjadi menteri seperti Nabi Yusuf. Nabi Muhammad dan isterinya serta para sahabat kaya dengan menjadi pedagang. Bahkan sepuluh sahabat Nabi yang dijamin masuk surge ternyata hampir semuanya pedagang. Hanya yang tak habis pikir masih saja ada orang yang bertanya, “Kalau semua jadi pengusaha ntar siapa yang jadi karyawannya?” Yah, kalau semua orang Indonesia jadi pengusaha kan kita bisa impor TKW (Tenaga Kerja Washington) atau TKI (Tenaga Kerja Inggris) hehe..  Nabi Muhammad mampu memberikan teladan untuk seluruh sisi kehidupan. Sebagai panglima perang, kepala Negara, kepala rumah tangga, pendakwah, maupun pedagang, ia menerapkan metode duplikasi, yaitu memilih cara-cara yang sangat alami, manusiawi, bisa diteladani dan diteruskan. Sebagai contoh, demi menjadi panglima perang yang berhasil, beliau berlatih, bersiasat, dan berjuang. Bukan mengandalkan mukjizat khas nabi, misalnya menghidupkan orang mati. Atau demi menjadi pendakwah yang berhasil, beliau mengadakan percakapan dengan umatnya. Bukan mengadalkan mukjizat khas nabi seperti membelah lautan, dsb. Maka ketika menjadi pedagang yang berhasil pun, beliau menjaga amanah, menjaga mutu, dan tepat janji tanpa mengandalkan mukjizat khas nabi. Merujuk pada Islam, ternyata Islam sangat serius menganjurkan penganutnya untuk kaya. Hal ini terbukti dari ayat-ayat, hadis-hadis, dan dicontohkan langsung melalui Nabi. Tidak ada satu pun ayat dan hadis yang menganjurkan untuk miskin. Jelas, karena dengan kekayaan kita akan lebih mudah dalam beribadah seperti berdakwah, meningkatkan bargaining position umat, membangun saran umat, menegakkan ekonomi syariah, menuntut ilmu, menafkahi keluarga, haji dan umrah, serta zakat dan sedekah. Begitu pula sebaliknya, kefakiran akan mendekatkan diri pada kekufuran. 
Perhatikan rangkaian ayat dalam QS Al-Najm [53]: 43-45, dan 48:
43. … Dialah yg menjadikan org tertawa dan MENANGIS;
44. … Dialah yg mematikan dan meng-HIDUP-kan;
45. … Dialah yg menciptakan …  laki-laki dan PEREMPUAN;
48. … Dialah yg memberi kekayaan dan (………) <— isi titik2 berikut ini.
Pasti banyak dari kita yg mengira bahwa jawabannya adalah kemiskinan. Tetapi ternyata tidak! Jawaban sesungguhnya adalah KECUKUPAN. Jadi jelas, bahwa Dia tidak pernah memberikan kemiskinan. Jadi tak perlu diperdebatkan lagi. Kekayaan bukanlah mudharat asalkan kita mampu mempertanggungjawabkan dari mana kekayaan tersebut, ke mana kekayaan tersebut, dan tetap bersikap rendah hati, sederhana, dan dermawan.
Kemudian kita coba telaah keajaiban #6 yaitu pembeda abadi. Pada hakikatnya setiap orang memiliki kekuatan dan kelemahan. Namun, jika kita diminta untuk memilih salah satu apakah meningkatkan kekuatan atau memperbaiki kelemahan? Maka meningkatkan kekuatan adalah pilihan yang tepat. Dengan memahami kekuatan utama, seseorang dapat menjadi seorang pemenang dan menjadi orang di atas rata-rata dengan lebih cepat. Atau dalam intilah perusahann inilah yang dinamakan core competence (kompetensi inti). Sebagai contoh begini, dalam suatu event, Once vokalis Dewa membawakan sebuah lagu dengan suara dan aksi panggungnya yang mencengangkan dan membuat hampir semua penonton terpesona. Yah jelaslah wong kekuatan utamanya Once adalah menyanyi. Namun, lain cerita jika Once disuruh melawak atau sulap. Bisa-bisa penonton hanya diam atau ngedumel karena apa yang ditontonnya sama sekali tidak menghibur. Lalu, bagaimana kita bisa mengetahui kekuatan utama kita, yang menjadi pembeda abadi kita? Tanya pada diri kita sendiri, apa yang paling kita minati dan paling kita kuasai? Dan apakah sesuatu yang kita minati dan kuasai itu menghasilkan dan membahagiakan? Serta apakah sesuai dengan persepsi publik terhadap kita? Nah, jika semua pertanyaan tersebut dapat dijawab maka berarti kita telah menemukan pembeda abadi atas diri kita. Setiap orang dilahirkan dengan keunikan sendiri-sendiri. Dan setiap orang tentu memiliki cara tersendiri untuk meraih kemenangan dengan lebih cepat. Bisa jadi cara tersebut hanya berlaku pada dirinya, persis seperti sidik jari. Tak ada yang sama. Nah, inilah keajaiban #1 yang disebut dengan sidik jari kemenangan.
Terakhir, kita coba bahas kejaiban #7 yang disebut pelangi ikhtiar. Dalam pelangi ikhtiar dikenal ada 7 bias yaitu impian, tindakan, kecepatan, keyakinan, pembelajaran, kepercayaan, dan keikhlasan. Kesemuanya merupakan kebiasaan-kebiasaan dari para pemenang. Dalam bias #1 yaitu impian, orang kanan yang imajinatif cenderung optimis dan berani memiliki impian yang besar. Istilah kerennya ‘nothing is impossible! Impossible is nothing!’ Dan ternyata agama pun mengajarkan demikian. Karena bagi Tuhan Yang Maha Kuasa tidak ada yang tidak mungkin. Semua serba mungkin. Lalu, masihkah kita berpikir kalau mendapatkan ini dan itu mustahil? Oleh sebab itu milikilah impian yang besar karena tanpa impian tidak akan ada yang namanya visi. Padahal itulah syarat utama untuk menjadi orang di atas rata-rata alias pemenang. Tahu apa yang dituju. Kemudian bias #2 yaitu action (tindakan). Sebenarnya untuk menjadi pemenang syarat utamanya hanya dua yaitu DNA aliasDream N Action. Kalau otak kiri senengnya menimbang-nimbang, sedangkan otak kanan senengnya spontan dan action oriented. Jadi kalau nungguin otak kiri, lamaaaa… hehe.. Walaupun tidak ada yang salah dengan menimbang-nimbang. Cuma ya menimbang-nimbangnya sekadarnya saja. Jangan sampai pertimbangan atau perhitungan kita berlebihan. Karena hal tersebut cuma akan memicu ketakutan-ketakutan yang tidak beralasan, membuat kita melakukan pembenaran-pembenaran atas kelemahan kita, serta membuang waktu. Lalu, masuk pembahasan bias #3 atau kecepatan. Sebelumnya kita tengok sejarah dimana Daud (David) mampu menaklukkan Jalut (Goliath) hanya dengan kecepatan. Bahkan diriwayatkan, Nabi Muhammad berjalan dengan sangat cepat hampir-hampir menyerupai orang yang menuruni bukit. Jadi, action cuma tinggal action, tanpa kecepatan! Bias #4 yaitu keyakinan. Tahukah kita bahwa mata uang termahal adalah keyakinan. Hampir semuanya bisa dibeli dengan keyakinan. Bahkan hampir sia-sia bila doa tidak diiringi dengan keyakinan. Memang siapa sih yang menyuruh kita jadi pemenang? Tuhan kan? Oleh sebab itu yakinlah pasti Dia akan bertanggung jawab dan memampukan kita dengan pertolongan-Nya. Tinggal kita –nya yakin atau tidak? Kemudian dalam kamus pemenang tidak ada yang namanya kegagalan. Yang ada hanyalah pembelajaran. Tanpa pembelajaran, perubahan nasib akan menjadi lamban. Jadi, apapun yang telah terjadi jangan disesali karena pasti ada pemebelajaran disana. Nah inilah bias #5 yaitu pembelajaran.  Kemudian bias #6 yaitu kepercayaan. Kepercayaan lahir dari sebuah integritas yang dimiliki seseorang. Dan integritas adalah sebuah faktor pengali  dalam menuju kesuksesan. Jadi, jangan sampai kita tidak memiliki integritas dimana orang sudah tidak percaya lagi kepada kita. Hal ini akan membuat kita amat sulit untuk bisa meraih sesuatu sehebat apapun kita! Dan yang terakhir, yaitu keikhlasan (bias #7). Dimana keihlasan juga merupakan faktor pengali. Maukah kita jika apa yang sudah kita lakukan terkait bias #1 sampai dengan bias #6 terhitung ibadah? Nah jika mau, tutuplah semua itu dengan keikhlasan. Karena keikslasanlah yang membuat sesuatu itu terhitung ibadah atau tidak. Ibaratnya, jika anda memiliki keikhlasan yang kita beri angka 1 maka amalan kita sebanyak 700 amalan (1 keihlasan x 700 amalan) nilainya akan besar. Namun, jika kita tidak memberikan keikhlasan di dalamnya (0 keihlasan x 700 amalan) nilainya nol besar! Dan inilah penyempurna dari pelangi ikhtiar.

Sumber : http://definda.wordpress.com/2011/05/20/7-keajaiban-rezeki-percepatan-rezeki

0 komentar:

Posting Komentar